
Cukup mengejutkan saat mengetahui Kevin/Marcus yang awalnya dijagokan oleh para masyarakat Indonesia sebagai wakil ganda putra, akan tetapi jusru gugur dalam pertandingan perdananya di babak kedua. Karena hal tersebut pihak PBSI dianjurkan untuk melakukan evaluasi agar Indonesia siap menatap Olimpiade 2020 Tokyo. Aspek Metal para atlet kiranya perlu menjadi sorotan.
Pada ajang Kejuaraan Dunia 2019, Kevin/Marcus bisa melenggang ke babak kedua dengan Cuma-Cuma karena keduanya mendapatkan by dalam babak pertama. Akan tetapi dengan mengejutkan keduanya justru gugur dalam babak kedua tersebut, mereka gagal mengalahkan ganda putra Korea Selatan, Choi Solgyu/Seo Seung Jae, padahal ganda putra tersebut memiliki peringkat jauh dari The Minions, dalam peringkat dunia lawan The Minions menempati peringkat 23. The Minions mengakhiri pertandingand egan tiga gim, dan emmeproleh skor 21-16, 14-21, 21-23.
“Aspek mental, psikologinya, harus bisa dikelola dengan
baik. Artinya, target di olimpiade, bagaimana target yang diberikan oleh
pelatih dan Kevin/Marcus secara psikis tak mengganggu, sebaliknya harus
membantu. Itu perlu manajemen psikis yang tepat. Jika tidak, presure pemainnya
bisa berlipat ganda. Tetapi jika mengelolanya tepat itu bisa jadi satu senjata
yang ampuh untuk pasangan yang ditargetkan. Jadi letaknya permainannya di
sana,” kata Christian kepada media.
“Jika soal teknis dan lainnya, saya rasa Kevin/Marcus
banyak gelar, lawannya juga sama. Tetapi dalam hal ini pertandingan nonteknis
yaitu mental, dan yang bisa mengelola mental, kemungkinan itu yang bisa
berhasil. Kalau sama-sama kelas top dunia, aspek mental yang berperan,”
dia menambahkan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa sector ganda putra belakangan memang
selalu menjadi andalan PBSI untuk mencuri gelar juara, pasalnya untuk sector ganda
campuran, usai ditingglakan oleh Liliana Natsir tidak bisa se-diandalkan pada
dulu. Untuk sektor ganda putra sendiri sebenarnya Keviv/Marcus bukan satu-satuanya
perwakilan, karena selian keduanya ada juga pasangan Hendra/Ahsan yang juga selalu
diandalakan untuk turnamen-turnamen penting.
“Kembali Herry Iman Pierngadi, sebagai pelatih kepala,
mesti banyak diskusi dengan Kevin/Markus, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.
Kalau Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan nonpelatnas dan mereka bisa meredam semua
aspek, baik emosi, motivasi karena aspek keseniorannya,” kata pria yang
karib disapa Koh Chris ini.
“Kalau Kevin/Marcus dan Fajar/Rian, saya rasa masih
perlu banyak (pendekatan). Jika pemain main di turnamen open sudah biasa, tapi
turnamen luar biasa Kejuaraan Dunia dan Olimpiade yang bergulir empat tahun
sekali, aspek mental, psikologis, menjadi nomor satu yang harus diperhatikan
benar. Kalau ini bisa jalan mulus saat bertanding mereka lancar. Sebab, jika
mengelolanya tak benar bisa jadi boomerang,” Christian menjelaskan.
“Tetap, motivasi dan ambisi jadi juara setiap pemain
harus punya, tetapi masalahnya bisa enggak mengatur hal-hal seperti itu agar
tak terlalu over. Karena terlalu berlebihan tak bagus, rendah juga tak bagus
juga, jadi harus pas,” ujar dia.
