
Pemain bintang Liverpool, Mohamed Salah, tidak pernah membahas tentang kemungkinan dirinya akan pindah ke Real Madrid bersama mantan pelatih, hal tersebut seperti yang dikatakan oleh agen si pemain yaitu Ramy Abbas.
Dalam sebuah wawancara baru-baru ini telah melibatkan mantan asisten Mesir Hani Ramzy, yang mengklaim ia dan Salah membahas tawaran yang ia terima dari Los Blancos pada Maret 2018.
Pemain penyerang Mesir itu akhirnya memutuskan untuk tetap di Anfield meskipun Ramzy menggambarkan kesepakatan yang ditawarkan Madrid sebagai penawarn yang sangat bagus.
Namun penasihat kepala Salah telah membanting klaim semacam itu, ia menunjukkan tidak ada diskusi yang tejalin antara pemain dan pelatih.
“Mohamed tidak pernah membahas rencana karier apa pun dengan bekas pelatihnya,” ucap Abbas di Twitter.
Abbas tidak asing dengan menutup rumor yang melibatkan kliennya dan mengeluarkan tanggapan yang panas di media sosial ketika muncul laporan di Spanyol yang menyatakan bahwa Salah ingin meninggalkan The Reds pada tahun 2019.
Salah sendiri baru-baru ini menertawakan saran yang mengatakan dirinya bisa pindah dari Liverpool dalam waktu dekat dengan klub lain untuk memenangkan gelar Liga Premier yang sudah lama ditunggu olehnya.
Pemain yang berusia 27 tahun itu telah bermain di 144 laga bersama Liverpool sejak bergabung dengan klub dari Roma pada 2017 dengan mencatatkan 91 gol. Hal tersebut menjadikan dirinya sebagai salah satu pemain top dunia.
Pemain bintang Mesir ini telah memenangkan Sepatu Emas Liga Premier di musim-musim secara beruntun, berbagi kehormatan musim lalu dengan Pierre-Emerick Aubameyang dan Sadio Mane.
Salah juga telah membantu Liverpool meraih kesuksesan untuk tim utama, dengan tim Jurgen Klopp membawa pulang Liga Champions musim lalu dengan mengalahkan Tottenham di babak final.
Berbicara kepada GQ pada 2019, Abbas mengungkapkan bagaimana ia mulai bekerja dengan Salah beberapa tahun yang lalu, sementara ia juga menyoroti kemampuan pemain untuk berpikir cepat.
“Dia sesungguhnya menghubungi saya sekitar akhir Januari atau awal Februari 2015, untuk mencari nasihat hukum,” ujar Abbas.
“Kami bertemu untuk pertama kalinya di London. Melihat ke belakang, saya pikir itu adalah tonggak terpenting dalam karir saya.”
“Pikirannya bekerja dengan kecepatan penuh dan saya pikir lelaki itu terus-menerus dihidupkan. Saya pikir Mohamed percaya bahwa saya tidak punya perasaan. Tapi saya pikir kita memiliki efek yang sama antara satu dengan yang lain. Saya sudah belajar banyak hal darinya.”
Abbas juga mengungkapkan perasaan trauma yang sempat ia rasakan ketika melihatnya jatuh terluka di final Liga Champions 2018.
“Momen paling traumatis dalam hidup saya, apalagi di sepak bola, adalah di Kiev selama final Liga Champions, ketika Mohamed mengalami cedera,” imbuh dia.
“Itu benar-benar mengerikan. Saya berada di tribun. Saya mencoba untuk pergi ke lapangan tetapi saya tidak bisa. Itu gelap. Itu adalah momen terburuk yang saya ingat selamanya.”
